Nikmati Sup Ikan Dahsyat Cuma di Nagoya Resto

Kota Padang, bisa dikatakan gudang kuliner. Karena, apapun menu yang Anda inginkan, mulai menu tradisional, hingga menu mancanegara, bisa Anda temukan di Kota Bingkuang ini. Salah satunya, adalah sup ikan khas Batam dan sup kepiting nan lezaaaat.

Dimana…? Ya…di Nagoya Resto yang beralamat di Jalan Ahmad Yani Kota Padang. Lokasinya sangat nyaman, karena memberikan nuansa romantis, di tambah pula dengan penyajian oleh para pelayan yang super ramah, dijamin, akan jadi tempat favorit baru Anda. Resto ini buka setiap hari mulai pukul 12.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Biasanya, pelanggan resto akan ramai pada malam hari.

Resto milik Pak Eng ini, sudah berdiri sejak tahun 2006 lalu, dengan menu andalan sup ikan Batam. Istimewanya, sup ikan ini langsung di masak oleh koki profesional dengan bumbu rahasia langsung diterbangkan dari Kota Batam. Soal rasa, pasti Anda akan ketagihan.

Ketika sup masuk ke mulut Anda, akan langsung terasa ciri khas sup ikan. Karena perpaduan bumbu rahasia dengan daging ikan tenggiri tanpa tulang, lengkap dengan lalap berupa daun selada, dan tomat hijau muda serta seledri yang dipadu langsung di dalam satu porsi sup ikan, plus cabe rawit cincang dicampur kecap. Yang akan membuat rasa sup semakin menggoda. Bahan dasar ikan tenggiri, juga merupakan bahan terbaik yang dibeli langsung dari nelayan Kota Padang dan Sibolga, sehingga kesegaran ikan tetap terjaga, hingga suapan terakhir.

Soal harga, jangan takut…cukup dengan Rp22.000, satu porsi sup ikan telah tersedia di meja Anda. Dan jika Anda ingin menikmatinya bersama nasi putih, cukup menambah Rp3.000 saja. Namun, alangkah lebih sempurna, jika Anda juga mencicipi aneka jus yang tersedia, dari jus apel, melon, jagung, dan masih banyak pilihan lagi, dengan harga berkisar Rp7.000 hingga Rp10.000 saja.

Selain sup ikan, ada lagi menu istimewa lain yaitu sup kepiting yang tak kalah menggugah selera. Perpaduan daging kepiting rebus yang sangat empuk, berbaur jadi satu dengan kuah khas sup Batam. Jadi, bagi Anda pencinta kepiting, menu yang satu ini tak boleh Anda lewatkan lho…Harganya? Cukup murah kok. Hanya dengan Rp13.000/ons kepiting.
Selain menu yang benar-benar “menggigit”, Anda juga akan ditemani full life band setiap hari Jumat Malam. Lagu-lagunyapun akan membuat Anda hanyust dalam malam panjang yang berkesan. “Kita memiliki motto tempat ok, rasa ok,” ungkap Pak Eng, yang secara gamblang menceritakan seluk beluk pembuatan sup ikan Batam dan sup Kepiting

Sumber     : padang-today
Lihat juga :
nelayan restoran
tamani
marzano

Zenbu Rerstoran Jepang, Mall WTC Batanghari

Cita rasa makanan khas Jepang selalu tersaji istimewa di Zenbu. Berbagai pilihan makanan khas Negeri Sakura tersebut dapat dinikmati dengan tawaran harga yang variatif. Begitu Anda memasuki restoran yang terletak di Mall WTC Batanghari ini, Anda akan langsung disambut dengan sapaan khas Jepang oleh pramusaji di tempat ini.

Zenbu merupakan restoran cepat saji yang menampilkan berbagai menu unggulan. Salah satu yang paling favorit di tempat ini adalah Mozaru.

“Mozaru merupakan kombinasi nasi, daging ala chicken katsu, dengan lapisan keju panggang di atasnya. Menikmati Mozaru sama halnya dengan menyantap lasagna namun dengan sentuhan Jepang,” terang Agung Haryanto selaku Outlet Leader Zenbu Jambi.

Memang pantas jika akhirnya Zenbu mendapatkan hak paten untuk menu ini dari Dinas Pariwisata Pusat. Zenbu berhasil mendapatkan penghargaan untuk Mozaru ini. Paduan antara keju panggang yang melapisi ayam dan nasi di dalamnya memberikan cita rasa yang sungguh nikmat.

Dan di bulan Juli lalu, Zenbu menawarkan paket Buy 1 Get 1 yang diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa. Menu spesial yang ditawarkan adalah Donburi. Donburi sendiri memiliki 14 item yang berbeda yang dapat dinikmati semua kalangan.

“Menu di tempat ini bisa dibilang sebagai menu sehat. Kami tidak menggunakan penyedap rasa buatan yang kerap dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan,” paparnya.

“Zenbu menggunakan bahan alami sebagai penyedap rasa pada setiap menu. Karena itu menu-menu di sini sangat ramah terhadap kesehatan tubuh,” tambahnya.

Menu-menu bergizi lainnya juga dapat Anda nikmati seperti Shisano Mentako yaitu ikan panggang yang berisi telur-telur ikan dengan nilai gizi yang tinggi. Tobiko Tofu juga hadir dengan campuran telur, tahu, dan mayonnaise.

Tidak hanya menyediakan menu makanan sehat, Zenbu juga menyajikan green mix yaitu jus sayuran dengan kesegaran berbeda. Dan bagi Anda pecinta es krim, Zenbu menyediakan Adzuki Parfait yaitu es krim dengan tiga rasa yang dilengkapi dengan kacang merah bergizi tinggi. Jangan lupa pula mencoba Caramel Latte yang menjadi minuman favorit di tempat ini.

Bagi Anda pemegang kartu member, diskon 10% juga ditawarkan Zenbu sebagi salah satu pelayanan unggulan. Dengan melakukan pemesanan senilai 100 ribu rupiah atau kelipatannya, Anda sudah langsung menjadi anggota di Zenbu.

Sumber     : jambiekspres
Lihat juga :
nelayan restoran
tamani
marzano

Kopi Tiam Singapura

Selain minuman yang nikmat, kopi bisa bermanfaat bagi kesehatan, antara lain untuk mengobati sakit kepala dan asma kronis. Tetapi jika dikonsumsi berlebihan, justru bisa membahayakan karena mempercepat detak jantung. Kala memulai aktivitas rutin, banyak orang memulainya dengan menenggak secangkir kopi. Walau tanpa kudapan, rasanya kopi sudah cukup untuk mengisi perut. Namun, manfaat kopi bukan sampai di situ, karena pada siang hari, banyak pula yang meminumnya untuk menyegarkan diri. Bahkan, tak jarang dimanfaatkan mereka yang berniat begadang. Minuman ini juga merupakan salah satu yang paling dinikmati banyak kalangan, tidak sekadar diteguk, namun juga dinikmati. Sehingga tak heran jika bisnis kopi menjelma menjadi industri dengan perputaran duit hingga miliaran dollar AS. Satu-satunya yang bisa menyaingi bisnis minyak bumi. Tak ketinggalan pula bagi sebagian besar warga Kota Batam, yang menjadikan kopi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak aneh jika di pagi hari, di setiap sudut Kota Batam, kedai kopi selalu dipenuhi warga. Mulai dari pekerja, pengusaha, hingga pejabat, memanfaatkan momen tersebut sambil bincangbincang bisnis atau sekadar mengobrol santai. Salah satu kedai yang menjadi favorit adalah Kopi Tiam Singapura, yang memiliki empat gerai di Kota Batam, termasuk di Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre, yang dinamakan Cinna Toast. Ashari, pendiri usaha tersebut, menjelaskan Kopi Tiam disari dari bahasa Melayu yang berarti kedai kopi atau warung kopi. Kopi Tiam banyak tersebar di Singapura dan sebagian wilayah Malaysia. Dan dia mendirikan usaha tersebut dengan mengambil ide dari konsep yang ada di Singapura, lalu dipadukan dengan konsep modern kedai kopi asing di Jakarta seperti Starbucks. Kata kopi sendiri diambil dari bahasa Inggris, coffee, sedangkan dalam bahasa Arab, qahwah, yang berarti kekuatan. Kemudian kata kopi yang kita kenal saat ini berasal dari bahasa Turki, yaitu kahveh, belakangan menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi. Ashari mengaku sudah puluhan tahun bergelut dalam bisnis kedai kopi, dan saat ini dia sudah memiliki sekitar sembilan gerai berlokasi di Batam, Jakarta, Semarang, dan Bandung. Kopi Tiam yang didirikan Ashari tidak sekadar kedai kopi, tetapi juga memiliki interior modern dengan target konsumen menengah atas, khususnya pebisnis, mahasiswa, dan pekerja. Suasana yang dibangun juga sangat familiar dengan dekorasi ruangan yang kontras, dipadu dengan tempat duduk terbuat dari kursi yang simpel dan terkesan “jadul” alias kuno. Harga Terjangkau Selain menjual suasana, tambah Ashari, pihaknya menawarkan minuman dan makanan khas Melayu. Namun sudah pasti menu utamanya adalah kopi. Karena itu, pengunjung bisa menemukan beragam kopi, seperti Kopi C, Kopi O, Teh Openg, Teh Tarek, Yin Yang (campuran kopi dan teh), dan masih banyak lagi. Semuanya merupakan minuman khas Melayu yang banyak dijajakan di Singapura. Sedangkan makanan yang disajikan antara lain nasi lemak, laksa Singapura, mi pangsit, dan mi goreng. Untuk merasakan hidangan tersebut, tidak perlu mengeluarkan uang cukup besar karena harga satu gelas minuman hanya sekitar 10 ribu sampai 25 ribu rupiah, begitu pula dengan harga makanannya. Dari seluruh menu yang ditawarkan, lanjut Ashari, yang menjadi favorit saat ini adalah Yin Yang, dan belakangan juga ditawarkan kedai kopi asing. Minuman itu merupakan campuran kopi dan teh yang rasanya cukup lezat. Selain itu, Kopi O atau kopi Zero tetap menjadi pilihan konsumen. Lantas, mengapa Kopi Tiam bisa menjadi favorit warga Batam? Ashari berdalih karena menu yang ditawarkan cukup menghangatkan, khususnya kopi. “Cara penyajian serta kopinya sendiri merupakan kualitas unggulan,” tutur Ashari. Proses penyajian ke konsumen memang cukup unik. Kopi yang masih berupa biji kering dipanggang lalu dihaluskan atau digiling, baru dihidangkan. Metode pemanggangan biji kopi, tambah Ashari, didapat dari pengalamannya selama beberapa tahun menekuni bisnis kopi di beberapa negara, seperti Singapura. Nah, setelah siap digiling, kemudian disajikan ke konsumen. “Biji kopinya sendiri merupakan kualitas nomor satu yang berasal dari perkebunan utama di Indonesia, dan ada pula yang kami impor,” jelasnya. Pada kesempatan tersebut, salah seorang pengunjung, A Liong, mengaku sudah berlangganan sejak beberapa tahun lalu karena hidangan yang disajikan sangat segar. Selain itu, di mata A Liong, suasana yang dibangun cukup hangat sehingga jika mengunjungi kedai tersebut tidak hanya merasakan hidangan, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat nyaman untuk membicarakan bisnis. “Salah satu minuman favorit saya adalah Yin Yang. Rasanya enak dan segar. Selain itu juga bagus untuk tubuh,” ungkap A Liong. Kopi memang bisa bermanfaat untuk kesehatan, yakni guna mengobati sakit kepala, gangguan jantung, asma kronis, dan gangguan buang air. Namun, Ashari mengingatkan agar kopi tidak dikonsumsi secara berlebihan. “Jika berlebihan, bisa berakibat buruk karena dapat meningkatkan asam lambung, menyebabkan ketegangan, dan mempercepat detak jantung,” papar Ashari lagi.

Sumber     : koran-jakarta
Lihat juga :

the cafe
coffee bean

Kisah Kelam sang Petani Kopi Gayo

“104 tahun lalu, Belanda menjadikan kopi Gayo sebagai Product for Future. Kini, menjadi penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah setempat. Tapi petani kopi kian terjepit”

PERCAYA atau tidak, saat ini kopi gayo telah menjadi ikon kopi berkualitas cita rasa terbaik. Semua pecandu kopi di Aceh tentunya tak akan menyangkal pernyataan itu. Tapi asal tahu saja, kemasyhuran kopi Gayo juga sudah menyebar ke dunia internasional, ditandai dengan masuknya Star Buck, produsen kopi yang telah dikenal seantero dunia.

Perlu diingat, ini kopi Gayo, bukan kopi Pemerintah Daerah Gayo, karena hingga saat ini tak ada satupun kebun kopi milik pemerintah yang dikelola secara profesional dan menjadi contoh bagi rakyat. Tidak ada sama sekali.

Meski tak ada perhatian dari pemerintah, bukan berarti kualitas kopi yang dihasilkan oleh para petani menurun. Awal Oktober lalu, untuk menjawab penasaran tentang kopi Gayo, atas permintaan Star Buck, telah dilakukan suatu penelitian tentang kopi Gayo, di beberapa kecamatan di Aceh Tengah.

Dilakukan oleh LSM Bitra dan IFC, selama dua pekan, penelitian berusaha menjawab tentang pola bertani, hasil, jenis kopi, kontinuitas, dan sejumlah penelitian lain dalam bentuk Baseline Survei Petani Kopi 2009.

Kita kecolongan

Selain Star Buck, ada juga berbagai perusahaan asing yang masuk dan menggandeng koperasi lokal atau mitra lokal lainnya untuk mengeksport kopi Gayo. Kebanyakan kopi yang diekspor diberi label “Kopi Organik”

Kenapa kopi gayo banyak diminati asing? Ada yang menyebutkan, rasa kopi Gayo melebihi cita rasa kopi Blue Montain asal Brazil. Mungkin, alasan inilah yang membuat sebuah perusahaan Belanda nekat mempatenkan nama Kopi Gayo di negaranya sebagai merek miliknya.

Dengan dipatenkan kopi Gayo oleh perusahaan Belanda ini, kopi gayo tidak bisa lagi diekspor keluar negeri memakai merek “Kopi Gayo”. Sementara jika tidak memakai merek “Kopi Gayo”, harga jual akan lebih rendah. Dan secara geografis kopi gayo memang terletak di sepanjang wilayah Dataran Tinggi Gayo yang meliputi tiga kabupaten, Takengon, BenerMeriah dan Gayo Lues.

Petani kopi kecolongan. Bagaimana bisa, kopi yang mereka usahakan selama bertahun-tahun di tengah berbagai Asosiasi Kopi Aceh dan retribusi yang selalu dipungut pemda, kini hak paten itu telah dimiliki oleh orang lain di seberang benua.

Lantas apa saja kerja para pengusaha kopi, pemda, Asosiasi pengusaha daerah (Aped), atau kelompok– kelompok yang mengambil keuntungan dari menjadi asosiasi kopi tapi, sesungguhnya tidak berbuat apa–apa. Atau mereka dari seabrek nama lain yang seolah-olah berpihak pada petani kopi.

Rakyat kecolongan, pengusaha, Pemda Aceh dan Indonesia patut berduka atas “musibah” ini.

Saky Septiono dari Direktorat Merek Dirjen HAKI Dephum dan HAM, beberapa waktu lalu pernah menyebutkan, sebenarnya masih ada peluang untuk mendapatkannya kembali paten kopi rakyat gayo tersebut. Kopi Gayo tidak bisa didaftarkan sebagai merek dagang perusahaan tertentu seperti yang dilakukan pengusaha Belanda, karena merupakan Indikasi Geografis (IG) di Indonesia. Karena itu pemerintah Indonesia berusaha membatalkan pendaftaran merek secara internasional itu dengan mengacu pada Trade Relative Aspects of Intellectual Property.

Sebenarnya bukan cuma perusahaan Belanda yang ingin memiliki merek kopi Gayo. Sejumlah warga Gayo pun banyak yang mencoba mendaftarkan merek kopi Gayo ke Dephumkan RI secara perorangan, namun tidak dipenuhi. Karena sertifikat IG hanya boleh dimiliki oleh masyarakat Gayo, bukan perseorangan, lembaga, perusahaan, atau institusi lain.

Kopi bagi masyarakat Dataran Tinggi Gayo sudah seperti “nyawa dan tubuh”, tidak terpisahkan. Jika kita bertanya kepada para pejabat di Aceh Tengah dan Bener Meriah yang kini jadi penguasa dan dipercaya “mengelola” uang rakyat lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK), yang jumlahnya ratusan milyar, mereka semua pasti tahu kopi.

Bahkan, para pejabat itu mungkin kuliah dengan uang yang bersumber dari hasil panen kopi orang tua mereka. Seperti kebanyakan penduduk Aceh Tengah. Maman ilang maman ijo, beta pudaha, beta besilo.

Pepatah gayo tersebut tampaknya cocok dengan fakta kekinian tentang kopi. Di jaman penjajahan Belanda, perkebunan kopi jauh terkelola dengan baik dan professional dibandingkan saat ini. Betapa tidak, Belanda menjadikan kopi yang diproduksi pertama kali tahun 1905 kemudian ditanam di bagian utara Danau Laut Tawar pada tahun 1908, sebagai “Product for future”

Di tahun 1924 Belanda dan investor Eropa telah memulai menjadikan lahan didominasi tanaman kopi, teh dan sayuran (John R Bowen, Sumatran Politics and Poetics, Gayo History 1900-1989, halaman76).

Kemudian, pada Tahun 1933, di Takengon, 13.000 hektar lahan sudah ditanami kopi yang disebut Belanda sebagai komoditas “Product for future”. Masyarakat gayo, tulis John R Bowen, sangat cepat menerima (mengadopsi) tanaman baru dan menanaminya di lahan-lahan terbatas warga. Perkampungan baru di era tersebut, terutama di sepanjang jalan dibersihkan untuk ditanami kopi kualitas ekspor. Tahun 1920 Belanda mulai membawa tenaga kerja kontrak dari Jawa ke Gayo, untuk menjadi pekerja di perusahaan dammar (pinus mercusi).

Jika 104 tahun lalu Belanda sudah mengelola kopi dengan baik hingga bisa diekspor Eropa dan dijadikan komoditas unggulan dengan sebutan “Produk Masa Depan”, kini kopi Gayo memasuki masa paling suram dari sejarahnya. Bayangkan saja, kopi di dataran tinggi Gayo kini hanya dikelola oleh masyarakat sendiri. Disebut dengan perkebunan kopi rakyat, yang belum dikelola secara baik dan benar seperti dilakukan Pemerintah Belanda di jaman penjajahan.

Zainuddin, penduduk Wih Pesam Kecamatan Silih Nara Takengon. Sebagai petani kopo ia mengaku tak pernah sekalipun mendapat penyuluhan tentang bagaimana bertanam kopi yang baik, kecuali hanya mendengar, melihat, dan langsung mempraktekkan sendiri di kopi.

Sebagai ketua kelompok tani dari perusahaan asing Indocafco, Zainuddin merasa perhatian pemerintah maupun eksportir kopi terhadap petani tidak ada. Hetani hanya menjadi “sapi perahan” pemerintah dan eksportir, tapi keuntungan bagi petani tidak ada.

“Setingkat pelatihan saja untuk bertani kopi yang baik saja tidak pernah diajarkan. Konon lagi ada penyuluh perkebunan”, kata zainuddin. Karena pendapatan yang didapat sebagai petani kopi tidak seberapa, ia harus mencari kerjaan tambahan lainnya, misalnya sebagai kuli tani. Kini, Zainuddin juga menjadi pembeli kopi kecil-kecilan.

“Sebelum membeli kopi, anak saya yang kuliah terpaksa berhenti karena tidak ada biaya”, kata Zainuddin.

Kebanyakan petani kopi Aceh Tengah sangat minim pengetahuan tentang bercocok tanam kopi, perawatan, panen, paska panen. Konon lagi untuk memanagemen penjual dan penghasilan dari menjual kopi.

Pemda khususnya, Dinas Perkebunan tak ada perannya untuk memajukan petani kopi. Hanya mengambil retribusi dari pengusaha yang membawa setiap kilo kopi keluar daerah, dan inilah yang saat ini menjadi andalan PAD terbesar.

Penderitaan itu diperparah toke, baik toke besar dan kecil, karena seringkali kopi warga diambil atau dibeli toke dengan diutangkan dulu. Setelah toke pulang dari Medan menjual kopinya, barulah uang kopi petani dibayarkan. Pembayaran kopi bisa jadi sebulan kemudian.

Pengusaha asing yang menjual kalimat sakti “Kopi Organik’ di pasar dunia tentu akan mendapat pasar tersendiri dan mendapat fee organic dari berbagai asosiasi dunia. Tapi bagi petani yang tergabung dalam anggota petani organik dari eksportir kopi asing tersebut, ternyata tidak mendapat apa-apa, kecuali nama kelompok tani mereka dijual keluar negeri, bahwa sang eksportir punya anggota binaan.

“Kami tidak menerima fee organic yang katanya dibayarkan setiap enam bulan sekali. Dulu ada diberikan eksportir kopi alat-alat pertanian, seperti alas jemur dan lain-lain. Tapi kini tidak pernah lagi. Tidak ada untungnya menjadi anggota kelompok tani organik, kecuali kekecewaan dan janji kosong saja,” kata Zainuddin, salah seorang ketua kelompok tani organik.



Sumber     : kenigayo
Lihat juga :
the cafe
coffee bean
starbucks

Yang Menjadi Penentu Agar Biji Kopi Menjadi Lebih Berkualitas

Kualitas biji kopi merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan rasa sajian kopi yang dihasilkan. Tahukah anda bahwa ada tiga karakter yang terdapat dalam biji kopi dan menjadi penentu kualitasnya? Jika anda mengaku sebagai penggemar kopi, maka informasi berikut sangat berharga bagi anda.

# Karakter pertama : Keasaman

Jika anda penikmat kopi, maka keasaman atau asiditas adalah karakter yang berhubungan dengan kecerahan kopi dan memberikan sensasi rasa yang lebih ’hidup’ di bagian tepi lidah anda. Karena itu, biji kopi yang baik memiliki keasaman namun dengan tingkatan yang rendah. Keasaman yang terlalu tinggi menyebabkan sajian kopi yang dihasilkan terlalu asam dan hal ini menyebabkan sajian kopi yang dihasilkan tidak lagi terasa nikmat.

Tingkat keasaman kopi ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah tempat tumbuh tanaman kopi dan pengolahan kopi. Kopi yang ditumbuhkan di dataran tinggi yang kaya akan mineral gunung berapi akan memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Terkait dengan pengolahan biji kopi, kopi yang diolah secara basah memiliki tingkat keasaman lebih tinggi secara signifikan daripada yang diolah secara kering. Selain itu, tingkat keasaman kopi juga tergantung pada tingginya suhu pemanggangan, jenis pemanggang, dan metode pemasakan.

#Karakter kedua : Aroma

Saat anda menikmati kopi, maka anda akan menyadari bahwa aroma kopi merupakan karakter yang terpenting untuk spesifisitas kopi. Setiap jenis kopi memiliki memiliki atribut yang dapat menstimulasi indera penciuman, tak terkecuali kopi instan. Akan tetapi kopi instan sudah tidak lagi memiliki senyawa volatil yang menyebabkan penurunan dramatis sensasi rasa keseluruhan.

Aroma kopi yang diterima oleh indera kita terjadi melalui dua mekanisme, yaitu langsung dipersepsi oleh hidung ketika kita mencium aromanya sebelum kita meminum kopi dan secara retronasal. Mekanisme kedua terjadi bila kopi telah berada di mulut atau telah ditelan dan senyawa volatil yang terdapat pada kopi menguap ke atas memasuki saluran nasal.

Tahukah anda bahwa jumlah senyawa volatil yang ditemukan di kopi semakin meningkat setiap tahun? Jika saat ini jumlah senyawa volatil pada kopi menembus angka 800, bukan tidak mungkin jika di tahun-tahun mendatang jumlah ini akan meningkat terus. Wow, bagaimana bisa? Ya, hal ini seiring dengan bertambahnya waktu, maka metode analisis senyawa volatil semakin akurat dan sensitif. Oleh karena itu, dengan metode yang dikembangkan saat ini, ada kemungkinan masih ada senyawa yang belum teridentifikasi dan mungkin sudah menguap pada saat diekstrak.

#Karakter ketiga : Body

Karakter ketiga penentu kualitas kopi adalah apa yang disebut sebagai body kopi. Body merupakan ”rasa mantab” pada kopi yang dapat anda rasakan dengan membiarkan kopi tetap berada di lidah dan menggosokkannya dengan langit-langit mulut. Body berkisar dari yang ringan hingga berat dan dipengaruhi pemanggangan kopi. Kopi yang dipanggang secara medium dan pekat akan memiliki body yang lebih berat dibanding dengan kopi yang dipanggang ringan.

Sumber     : biji-kopi
Lihat juga :
the cafe
coffee bean
starbucks

Popularitas Tumpeng di Singapura

Sekalipun Thaksin Sinawatra masih menjadi persona non grata yang tidak diperkenankan pulang ke tanah airnya sendiri, ia setidaknya telah berjasa karena menjadi ujung tombak sebuah program besar “Thai Kitchen to the World” yang berhasil menabur lebih dari 20.000 restoran masakan Thai di seluruh dunia.

Bagaimana prestasi kita untuk membuat kuliner Indonesia tidak sekadar jago kandang? He he, don’t play-play, yes? Don’t be kaypoh, la. Jelek-jelek kita juga sudah lumayan berhasil kok membawa masakan Indonesia menyeberang lautan. Tanpa dukungan Pemerintah, ekonomi kreatif berbasis budaya ternyata sudah memunculkan beberapa pebisnis di bidang kuliner untuk coba-coba di luar negeri. Apalagi kalau nanti ada dukungan Pemerintah?

Di negara tetangga kita yang paling dekat, yaitu Singapura, masakan Indonesia sudah cukup dikenal. Maklum, orang Singapura terkenal sebagai “tukang makan”. Mereka gemar bertualang untuk memanjakan lidah, mencari makanan-makanan enak. Apalagi dengan lidah Asia mereka, masakan Indonesia tentulah mudah disukai.

Sudah sejak lama orang Singapura mengenal RM Hajjah Maimunah di Jalan Pisang. Rumah makan ini menyajikan masakan minang yang cukup otentik. Ikan selar bakar, paru balado, dan sayur nangka muda – dan belasan masakan lainnya – yang ditawarkannya, tidak saja menjadi pengobat rindu bagi masyarakat Indonesia yang sedang bermuhibah ke sana, tetapi juga membelai lidah orang-orang Singapura. Jangan lupa mencicipi siput sedut (kol nenek) dalam gulai encer yang lezat.

Popularitas Hajjah Maimunah di tataran akar rumput rupanya membawa Salero Bagindo – jaringan rumah makan masakan minang di Indonesia – cepat menebar beberapa cabangnya ke Singapura. Di beberapa mal di Singapura, dulu, sempat hadir beberapa gerai Salero Bagindo. Entah kenapa, Salero Bagindo tiba-tiba menghilang. Bahkan yang di Jakarta pun saya tak pernah melihatnya lagi.

Sekarang, di Singapura sudah hadir cabang RM Garuda. Jaringan yang satu ini memulai popularitasnya di Medan, kemudian merambah Jakarta, dan cabangnya di Singapura cukup berkibar. Lokasinya pun di daerah elite, tidak nyempil seperti Hajjah Maimunah. Bahkan, bekerja sama dengan Tung Lok Group, Garuda sekarang juga sudah hadir di Vivo City Centre, sebuah mal papan atas di Singapura.

Masakan padang memang cukup populer di Singapura. Tidak saja di antara masyarakat puak Melayu, melainkan juga orang-orang Tionghoa, India, bahkan orang-orang Kaukasia. Belum lama ini saya melihat Warong M. Nasir Indonesian Nasi Padang yang tiba-tiba muncul di sebelah Killiney Kopitiam. Sebelumnya, di Keong Saik juga ada Yanti Masakan Padang. Atau Pagi-Sore di Telok Ayer Street. Dan banyak lagi, termasuk gerai-gerai kecil yang hadir di berbagai food court. Tulisan “Masakan Padang” cukup hadir mewakili eksistensi kuliner Indonesia di Singapura.

Di Newton Circus, salah satu tempat makan yang dijadikan ikon pariwisata Singapura, juga tampak banyak gerai memakai “Masakan Indonesia” – sekalipun masih tampak hanya sebagai embel-embel. Tampak sekali usaha mereka untuk menarik orang-orang yang mencari makanan halal – khususnya wisatawan dari Indonesia – dengan “penempelan” istilah Indonesia.

Selain masakan minang, masakan “Jawa” pun mulai terasa kehadirannya di Singapura. Sejak tiga tahun terakhir ini, di beberapa sudut Singapura tampak beberapa gerai yang menawarkan ayam penyet. Ada Ria, ada Ojolali. Ada juga yang hadir tanpa nama. Cukup dengan menekankan pada kata “Ayam Penyet” yang rupanya memang sudah mulai dikenal. Sayangnya, keberadaan mereka masih agak di pinggiran. Belum tampil di center stage panggung kuliner Singapura.

Ada juga House of Soto yang tampaknya berusaha memerkenalkan soto sebagai salah satu masakan Indonesia yang juara kepada lidah Singapura yang memang pemilih. Di kawasan East Coast yang memang terkenal untuk hidangan seafood, juga muncul Pondok Gurame sebagai alternatif. Juga Pondok Jawa Timur di Takashimaya.

Saya sebenarnya ingin melihat kehadiran masakan minahasa di Singapura. Menurut saya, masakan minahasa – yang bekeng malele gidi-gidi – memenuhi syarat untuk cepat disukai masyarakat Singapura. Apalagi kenyataan bahwa kebanyakan masakan minahasa menampilkan ikan laut dan ikan air tawar sebagai bahan utama. Masakan makassar yang juga menonjolkan berbagai jenis ikan bakar pasti pula akan punya tempat spesial di Singapura.

Sekitar dua tahun yang silam, saya sempat singgah ke Bumbu Restaurant di Kandahar Street. Bumbu Restaurant tampaknya ingin menjaring konsumen Singapura di tataran fine dining. Penampilannya agak mirip Meradelima di Pondok Indah. Tampil chic dan eksklusif. Sayangnya, Bumbu Restaurant agaknya belum cukup berani untuk sepenuhnya bersandar pada kekuatan kuliner Indonesia. Pada signage restorannya, ia masih menampilkan tulisan Indonesian & Thai Restaurant. Ini sekaligus juga menunjukkan bahwa dari segi popularitas kuliner, Indonesia masih di bawah Thailand. Kebesaran nama Thailand sengaja dipakai untuk “mengatrol” nama Indonesia. Padahal, kerapu kuah asam kita jelas tidak kalah dibanding tom yam kung. Gado-gado kita juga superior bila dibanding som tam (salad mangga muda).

Kenyataannya, masakan Indonesia di Bumbu Restaurant ini cukup unik dan boleh dibanggakan. Tahu telornya memakai kecombrang, sehingga memberikan “tendangan” rasa yang sangat unik. Begitu juga sayur lodehnya berwarna kuning untuk menambah kecantikan visualnya. Penampilan sajiannya sudah boleh disejajarkan dengan cara Thai menggelar masakannya.

Java Kitchen yang mungkin telah Anda kenal di Bulevar Kelapa Gading, ternyata juga sudah cukup lama hadir di Singapura. Selain rumah makan utama yang berlokasi di Tanjong Katong, Java Kitchen juga punya gerai di Food Republic Vivo City Centre. Java Kitchen, seusai dengan namanya, sekarang tampil sebagai ujung tombak yang konsisten dalam memerkenalkan masakan Jawa kepada audience Singapura.

Dalam pengamatan beberapa saat di Java Kitchen Singapura, tampak kebanyakan pengunjungnya justru warga Singapura. Sajian populer yang disukai mereka adalah sop buntut dan mini tumpeng. Bagi masyarakat Singapura yang umumnya mematok “harga psikologis” di sekitar angka lima dolar, popularitas sop buntut yang dibandrol dengan harga delapan dolar cukup menggembirakan. Mini tumpeng di gerai ini sebetulnya adalah nasi putih yang dibentuk kerucut, disajikan dengan berbagai lauk pauk khas Jawa, dibandrol dengan harga enam dolar.

Pada kesempatan lain, saya sempat berjumpa dengan Budi Harto, pemilik Java Kitchen. Orang Semarang ini memberi tahu saya bahwa ternyata sekarang orang Singapura mulai gemar tumpeng. Bukan hanya tampak pada naiknya penjualan mini tumpeng di gerai-gerai Java Kitchen, melainkan juga tampak pada “derasnya” pesanan tumpeng komplet dalam tampah besar yang dijual dengan harga Sin$200.

Menurut Budi Harto, popularitas itu agaknya diawali ketika seorang cucu Lee Kuan Yew berulang tahun dan memesan tumpeng komplet sebagai pengganti tart. Heran juga, bukan orang Jawa, tetapi kok punya apresiasi terhadap nilai dan makna falsafi tumpeng.

Singkat kata, orang-orang Singapura terkesima dengan penampilan tumpeng. Sekarang, menurut Budi Harto, tiada hari tanpa pesanan tumpeng komplet di Java Kitchen Singapura. “Bukan cuma untuk ulang tahun, Pak,” kata Budi. “Sekarang banyak kantor-kantor yang memesan tumpeng untuk acara-acara mereka.”

Hebat juga. Tumpeng jawa ternyata berhasil menerobos mindset orang Singapura yang pada dasarnya sadar biaya (cost conscious). Dengan Sin$200 untuk sebuah tumpeng komplet, antara 20-25 orang bisa makan kenyang. Biaya per head hanya sekitar Sin$10. Unik, lezat, murah, praktis, berbudaya pula.

Pokoknya, shiok lah…

Sumber     : travel.kompas
Lihat juga :
tamani
marzano
nelayan restoran

Berbagi Sajian Resep Kuliner Singapura

Udang Sereal

Bahan:

6 ekor udang
150 gram sereal
2 buah cabai
Daun kari
Gula
Mentega

Cara Memasak:
1. Goreng udang hingga kering
2. Tumis bumbu, yaitu cabai, daun kari, lalu campurkan dengan bumbu tumis dan sereal
3. Siap dihidangkan.

Tauge Cah Ikan Asin

Bahan:
150 gram tauge
50 gram ikan asin potong kecil-kecil
10 gram cabai hijau
20 gram wortel
10 gram daun bawang (iris)
Garam secukupnya
Lada secukupnya.

Cara Membuat:
1. Goreng ikan asin hingga matang, sisihkan
2. Tumis bumbu, daun bawang lalu susul dengan wortel, tauge, dan cabai hijau.
3. Siap disajikan.

Tahu Singapura

Bahan:
4 buah tahu
3 sdm ayam cincang
Daun bawang
cabai.

Bumbu:
Saus spesial
Garam
Lada
Kecap manis
Saus tiram

Cara Membuat:
1. Goreng tahu hingga matang, sisihkan
2. Lalu tumis semua bumbu.
3. Kemudian siramkan bumbu yang sudah di tumis di atas tahu.
4. Sajikan tahu dengan daun bawang dan cabai merah.
5. Siap disajikan.

Sambal Sotong

Bahan:
150 gram sotong
Bawang bombai
Sambal terasi

Cara Membuat:
1. Rebus sotong sebentar. Sisihkan
2. Tumis bumbu, lalu masukkan sotong, beri sedikit air matang.
3. Masak hingga matang.
4. Siap sajikan.

Sumber     : indogamers
Lihat juga :
nelayan restoran
loewy
table8

PENANG BISTRO – Cita Rasa Khas Malaysia

Tidak perlu jauh-jauh berpergian ke negeri jiran, jika ingin menikmati cita rasa kuliner khas Malaysia karena semua itu sudah ada di Penang Bistro. Penang Bistro yang masih merupakan satu group restoran dengan Hong Kong Café dan Seribu Rasa ini memang khusus menyediakan masakan khas Malaysia, yang mirip dengan Indonesia, memiliki segudang cita rasa karena kaya akan bumbu-bumbuan nan lezat.

Sesampainya tim Rileks di Jalan Pakubuwono 6 No.12, satu dari tiga outlet Penang Bistro di Jakarta, kami menemukan suasana cozy nan modern dengan sentuhan dekorasi yang minimalis dengan memadukan unsur kayu dan stainless steel yang membuatnya tampak berkelas.

Begitu kami memilih tempat duduk, kami pun melihat-lihat menu yang ada. Deretan makanan yang menggiurkan langsung memompa adrenalin petualangan kuliner kami siang itu. Sebelum menjajaki menu main course, kami disuguhkan terlebih dulu appetizer nikmat khas masakan Melayu yakni Roti Canai Chicken Curry. Santapan pembuka ini adalah awal pergerumulan hasrat berwisata kuliner kami di Penang Bistro. Sebagai pembuka, appetizer ini memberikan kesan impresif yang membuat kami untuk terus ingin mencicipinya hingga serpihan terakhir. Rotinya yang gurih dan juga empuk, ditambah siraman kuah bumbu kari dengan rasa yang nendang terasa bumbunya benar-benar menjadi pembuka yang nikmat.

Selain Roti Canai Chicken Curry, Penang Bistro juga menawarkan appetizer lain yang juga menjadi favorit para pelanggan seperti Kerabu Ebi Mangga. Ini merupakan menu favorit kedua setelah Roti Canai dalam deretan menu hidangan pembuka. Salad mangga muda yang segar dengan dilengkapi mie kering serta ebi di tengahnya membuat hidangan ini selalu dinanti para penikmat kuliner.

Tak lama kemudian, santapan berikutnya sudah siap terhidang di meja. Dalam menu main course ini ada empat menu yang kami cicipi yakni Deep fried tiger Grouper with Nyonya sauce, Mayonnaise Shrimp, Mango chicken, Jumbo prawn baked with chesses, dan Ebi string bean. Sebagian besar adalah menu seafood yang menggoda lidah.

Dari keempat menu tersebut favorit kami adalah Mayonnaise Shrimp. Udang dibalut tepung dengan mayonnaise yang super nikmat ini tak henti-hentinya kami cicipi. Daging udangnya sangat empuk dan langsung menyatu rasanya dengan limpahan mayonnaise yang lezat. Rasakan sensasinya saat gigitan pertama, dijami akan membuat Anda ketagihan bagaikan efek candu yang membuat Anda ingin lagi dan lagi. Benar-benar lamak nian!

Namun, bagi Anda yang ingin masakan asam manis, tidak ada salahnya untuk mencicipi Mango chicken. Warna merah mendominasi menjadi penanda bumbu Mango chicken yang membanjiri daging ayam panggang ini. Anda akan sedikit bingung untuk mendeskripsikan rasanya karena bumbu ini adalah perpaduan rasa manis, asam, serta pedas yang bersinergi menghasilkan sebuah perpaduan rasa yang patut diacungi jempol.

Di urutan paling terakhir yaitu dessert, Penang Bistro juga masih terus memberikan kami kejutan sensasi rasa. Saat itu kami memesan Es Cendol Duren dan Baked Apple Cramble with Vanilla Ice Cream. Dua menu ini juara! Sangat menyegarkan. Jika pada menu sebelumnya kita akan dimanjakan akan rasa asin, asam, dan pedas, ini saatnya menutup perjalanan wisata kami dengan sesuatu yang manis. Pilihannya pun tepat. Es Cendol Duren ini sudah menggoda sejak pertama kali diletakkan di meja. Durian yang dibentuk memanjang menyerupai lidah ini menutupi permukaan minuman es cendol, belum lagi tambahan lelehan gula jawa dan taburan kacang merah yang menjadikan rasanya bukan main nikmatnya! Anda wajib mencicipi Es Cendol Duren!

Lain lagi dengan Baked Apple Cramble with Vanilla Ice Cream. Ini adalah kue apel yang dipanggang sehingga membuat kue es krim ini sangat empuk dan benar-beras terasa kehangatan fresh form the oven-nya. Rasa hangat nan gurih dari kue apel ini dipadupadankan dengan vanilla ice cream. Wuihh..benar-benar top markotop, meminjam istilah Pak Bondan Winarno.

Tapi, ada satu hal yang tidak bisa Anda tinggalkan. Berpetualang dalam wisata kuliner Malaysia, kurang lengkap rasanya jika Anda tidak mencicipi Teh Tarik. Ya, teh tarik ini merupakan minuman khas Melayu yang pas untuk disandingkan dengan makanan jenis apapun. Mulai dari rumah makan pinggiran hingga bistro sekelas Penang Bistro turut menyediakannya. Kesegarannya membuat teh ini sepertinya tidak cukup bila dinikmati satu gelas saja.

Petualangan kuliner kami di Penang Resto sepertinya memberikan berbagai sensasi rasa. Mulai dari yang pedas, asin, hingga asam manis. Semua menyatu dengan begitu nikmatnya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kami merekomendasikan Anda untuk merasakan pergerumulan kuliner nan nikmat yang sama seperti yang kami rasakan. Selamat berpetualang! (sab/foto: istimewa)

PENANG BISTRO
Jl. Pakubuwono 6 No.2
kebayoran Baru Jakarta Selatan

Harga :
Makanan Rp 20.000-Rp 70.000
Minuman Rp 20.000-Rp 29.000

Sumber : rileks
Lihat juga :
Table8
nelayan restoran
laguna

Sop Gangan (sop rempah kuning)

Setelah seharian berwisata mengelilingi pulau-pulau yang sangat eksotis, tentu saja perut kami sangat lapar. Dari pagi kami sudah mengelilingi Pulau Batu Berlayar, Pulau Pasir, Pulau Lengkuas dan sorenya kami sempat mancing di tengah-tengah laut lho. Sekitar jam 6 sore barulah kami sampai di tepi pantai Tanjung Tinggi. Dan sempat istirahat sebentar di warung untuk sekedar minum teh dan ganti pakaian. Selanjutnya kami langsung menuju Restoran Pandan Laut di Tanjung Pandan untuk makan malam….hehe.

Perjalanan dari pantai Tanjung Tinggi ke Restoran Pandan Laut sekitar 20 menit, dan karena kami ikut tour maka segala sesuatunya sudah di persiapkan, termasuk pemilihan menu makanan. Kali ini kami sudah di hidangkan menu Ikan bakar, Udang arak, Sop gangan (rempah kuning), dan Kangkung polos.

Saya cobain ikan bakarnya, lalu udang arak…dan kali ini saya menemukan masakan khas Belitung, yaitu Sop Gangan (sop rempah kuning). Jadi isinya kepala ikan ketarap, nanas, jeruk, kunyit dan beraneka rempah-rempah…sehingga rasanya agak asam dan terasa segar.

Semuanya makan dengan lahapnya, hehe ga heran syi, karena seharian kami pergi dan pastinya kecapean. Ditambah pula makanannya yang enak-enak….wahh tambah lahap deh kami makan malam. (yd)

Lokasi :
Restoran Pandan Laut
Tanjung Pandan – Belitung

Jam buka :
09.00 – 22.30

Menu :
Ikan bakar / kg Rp. 50.000,-
Udang arak Rp. 35.000,-
Sop gangan (rempah kuning) Rp. 25.000,-
Kangkung polos Rp. 17.500,-

Sumber     : lintasberita
Lihat juga :
marzano
loewy
table8

Makanan Sebagai Sarana Pendidikan Dasar Bagi Anak

Bagi anak, makan itu sebetulnya bukan soal memasukkan makanan ke perut. Selain sebagai kebutuhan primer untuk ketahanan dan kesehatannya, makan juga menjadi sarana pendidikan. Tergantung apakah kita akan menggunakan kesempatan itu atau tidak.

Sebelum makan, kita bisa mengajarkan anak untuk berdoa. Di semua agama, doa itu pasti mengandung ajaran-ajaran spiritual yang terkait dengan bagaimana kita menjalani hidup. Makanan itu bukan soal benda yang diolah, tetapi ada keterlibatan Tuhan di situ. Ada berkah, ada rejeki, dan lain-lain.

Melalui contoh kasus makan, kita bisa mengajarkan anak menghargai usaha orang. Misalnya, anak kita ingin makan ini dan itu, tapi setelah dimasak / dibeli, makanan itu diabaikan. Kasus semacam inilah yang bisa kita gunakan untuk memasukkan pendidikan.

Pada kasus yang berbeda, mungkin kita menemukan anak yang meminta ibunya untuk membelikan berbagai jenis makanan, tapi hanya untuk disimpan di kulkas yang akhirnya basi atau untuk dimakan sendiri. Kita bisa mengajarkan nilai-nilai sosial seperti sedekah atau berbagi.

Bahkan kita juga bisa mengajarkan kemandirian supaya anak menjauhi sifat yang suka mengatur dan memerintah yang membahayakan dirinya nanti. Terkadang, karena keasyikan nonton, anak kita langsung menyuruh pembantunya untuk mengambilkan makan siang atau makan malamnya ke tempat tidur. Kita bisa melarangnya dengan penjelasan yang mendidik.

Nilai pendidikan lain yang bisa kita ajarkan melalui makan adalah etika dan norma. Misalnya cara duduk yang menurut etika kita baik dan buruk. Atau mengajarkan norma-norma sosial yang berlaku di tempat kita, misalnya norma bertamu atau mengikuti pesta.

Tak terkecuali bagi orangtua. Menyediakan makanan buat anak itu bukan soal memasak bahan, tetapi di situ ada tantangan. Tidak semua anak yang malas-malasan makan di rumah itu karena anaknya. Mungkin juga karena kita.

Orangtua dituntut untuk mengetahui berbagai khasiat / kegunaan bahan makanan. Dengan mengetahuinya, orangtua akan mudah menjelaskan kenapa anak perlu makanan dan kenapa kita memilih jenis makanan tertentu pada hari tentu. Makanan mengandung penjelasan tentang gizi dan edukasi.

Orangtua juga dituntut untuk mengeluarkan daya kreatifnya selama dalam proses memasak makanan. Orangtua yang tidak kreatif, mungkin masakannya akan dinilai kurang menarik. Namanya juga anak-anak, pasti dia membutuhkan sensasi tertentu untuk membangkitkan seleranya. Semoga bermanfaat.

Sumber     : sahabatnestle
Lihat juga :
laguna
sushi tei
tamani