Kandungan Masakan Korea yang Menyehatkan

Setelah memanggang irisan daging iga sapi, pramusaji di Restoran The Koreana di Jalan Teluk Betung, Jakarta, mempersilakan kami membungkus daging tersebut dengan daun wijen atau selada. Untuk memperkaya rasa, daging diberi olesan ”deonjang” (sejenis tauco) dan irisan bawang putih yang sudah dipanggang.

Begitulah cara menikmati menu bernama senggalbi. Cara makan yang sama, yaitu dibungkus dengan daun, juga dilakukan untuk menu bulgogi, menu yang juga terbuat dari daging panggang. Untuk senggalbi, daging iga yang disajikan ada yang sudah dibumbui terlebih dulu, ada yang tidak.

Selain senggalbi, kami juga memilih menu dolsot bimbimbap, yaitu berupa nasi campur. Disebut nasi campur karena nasi yang disajikan dalam mangkuk panas yang terbuat dari batu ini terdiri dari berbagai sayuran, seperti wortel, taoge, mentimun, jamur, serta daging, telur, dan gochujang (pasta cabai).

Beragam warna campuran nasi ini membuat dolsot bimbimbap menarik dari sisi penampilan. Sebelum dimakan, nasi campur ini diaduk terlebih dulu hingga semua campuran dan nasinya merata.

Supervisor The Koreana, Abdul Basik mengatakan, menu yang disajikan di tempat tersebut adalah masakan otentik Korea. Selain dari menu, restoran ini juga mengadopsi penggunaan sumpit dari bahan metal yang digunakan di Korea.

Di samping daging, hampir setiap masakan Korea selalu menyertakan sayuran. Inilah yang membuat makanan tersebut menjadi alternatif makanan sehat.

Dalam artikel yang ditulis dalam sebuah majalah yang terbit di Jepang, seorang dosen pengajar gaya hidup di Universitas Shiga Prefecture, Tokyo, Deson Chon, menyebutkan, ide dasar dari masakan Korea adalah memiliki fungsi medis. Artinya, makanan yang disajikan adalah makanan yang menyehatkan, makanan yang di dalamnya terkandung kekuatan alam yin dan yang.

Dalam salah satu episode National Geography Channel diceritakan bahwa masakan Korea tak hanya dinikmati orang setempat, tetapi juga bisa diterima dengan baik oleh warga Amerika Serikat di negaranya. Kombinasi daging dan sayuran menjadi pilihan menarik sebagai pengganti makanan siap saji yang selama ini banyak dikonsumsi warga AS.

Menu sehat lainnya adalah samgyetang, yaitu berupa sup daging ayam utuh yang di dalamnya diisi nasi dan kurma. Menu ini menjadi pilihan utama masyarakat Korea saat musim panas. Bukan karena tersaji dalam keadaan dingin, melainkan karena bumbu di dalam menu ini mengandung ginseng yang bisa memulihkan kondisi tubuh yang cepat lelah di saat musim panas.

Situs http://www.koreanrestaurantguide.com menyebutkan, bumbu yang dipakai juga sangat berguna untuk kesehatan. Gochujang yang dibuat dengan cara difermentasi, misalnya, mengandung protein, vitamin B2, vitamin C, dan karotin. Di Jepang, pasta cabai bahkan dipakai sebagai menu diet.

Bumbu lainnya, deonjang yang difermentasi dari kedelai, juga termasuk ke dalam menu diet. Negara-negara Barat bahkan telah mengarahkan perhatian pada manfaat untuk mencegah kanker dan menurunkan tekanan darah tinggi yang dimiliki deonjang.

Zaman dulu, deonjang, gochujang, dan ganjang (kecap) dibuat sendiri di setiap rumah. Di setiap rumah terdapat gentong dari tanah liat tempat memfermentasi bumbu-bumbu tersebut.

Sejarah

Awalnya, orang Korea adalah penyuka daging. Namun, sejak ajaran Buddha masuk ke wilayah ini pada abad keempat, orang Korea mulai menyukai sayuran. Ini karena ajaran Buddha melarang mereka memakan daging. Pada pertengahan abad ke-13, budaya vegetarian pun menyebar di Korea.

Namun, budaya ini berubah ketika terjadi invasi bangsa Mongol dan menguasai Korea selama 130 tahun. Budaya makan daging kembali tumbuh. Kondisi ini diperkuat oleh menyebarnya ajaran Kong Hu Cu. Namun, daging pada saat ini dinilai sebagai makanan masyarakat kelas sosial tinggi sehingga hanya kalangan tertentu yang bisa menikmatinya.

Selain menyehatkan, masakan Korea juga mengandung filosofi. Masakan yang terdiri dari aneka warna menandakan 5 elemen alam, yaitu pepohonan yang diwakili warna hijau, api (merah), bumi (kuning), air (putih), dan metal (hitam). Aplikasi elemen (warna) ini bisa dilihat, salah satunya dalam menu bimbimbap.

Cara menyajikan juga memiliki cerita tersendiri. Artikel Deson Chon menyebutkan, presentasi makanan berakar dari perbedaan kelas sosial saat Dinasti Choson. Format presentasi pada saat itu, yang disebut sancharimu, adalah berdasarkan jumlah makanan yang tersaji di atas meja, biasanya terdiri dari 3, 5, 7, 9, 12 jenis.

Tiga makanan terpisah adalah jumlah yang biasanya disajikan di sebuah keluarga. Rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi akan menyajikan jumlah makanan yang lebih banyak, biasanya berjumlah 9 jenis. Jumlah 10 jenis atau lebih disajikan untuk nobles, sementara untuk keluarga kerajaan penyajiannya terdiri dari 11 makanan terpisah, yang disebut surasan.

Sumber     : travel.kompas
Lihat juga : laguna, sushi tei, nelayan restoran

Semilir Angin di Taman Palem Resto

Makan enak, murah dan puas, lengkap sudah keinginan anda berjelajah kuliner bersama keluarga saat anda menyambangi Taman Palem Resto. Sambil menikmati hidangan kuliner terlezat hasil racikan cheff kelas bintang lima. Suasana tempat yang sangat mendukung selera makan menjadi alasan utama kenapa anda harus memilih tempat ini. Sebuah restoran bergaya tradisional yang senantiasa memberikan kesejukan tersendiri bagi setiap pengunjung yang datang. Nuansa yang begitu hommy layaknya di rumah sendiri, sangat nyaman dan mengesankan bila anda dan keluarga beristirahat sejenak di tempat ini.
Dengan mengambil konsep yang menyajikan nuansa ndeso begitu menenangkan jiwa, seakan berada dipedesaan Yogyakarta. Semilir angin yang berhembus dari dedaunan pohon pohon Palem yang mengitari restoran menambah sejuknya suasana. Untuk memanjakan para tamunya, Taman Palem Resto menghadirkan menu menu spesial hasil modifikasi antara Tradisional, Chinese food dan Seafood. Menu paling spesial disini adalah gurameh bakar bumbu pedas, setelah dicampur bumbu rempah dan cabe hijau menghasilkan taste spesial pedas manis yang siap dinikmati. Menu andalan lain yang tak kalah lezatnya adalah Udang goreng tepung, Udang galah dibalut tepung goreng, ditambahkan sauce mayonaise, lengkap dengan cocolan sambal dengan resep spesial, rasa tiada duanya patut anda coba, tepung gorengnya terasa crispy banget.
Selain dua menu spesial diatas anda harus mencoba Cumi sauce padang, rasanya sangat pedas nendang banget. Jika anda kurang suka terlalu pedas, bisa disesuaikan berdasarkan permintaan anda sebelum memesan menu ini ( made by order ). Yang suka ayam bakar, disini ada ayam bakar dengan bumbu goreng, unik khan. Ayam yang sudah dibaluri bumbu goreng lantas tidak digoreng, tapi di bakar. Menu dan citarasa memang benar benar beda. ” Guramehnya benar benar enak disini, cabe hijaunya lumayan pedas. Tadi kita makan Udang sauce tiram juga dan bakmi goreng, saya terkesan.” Ungkap Bambang, pengunjung Taman Palem Resto.
Setelah puas bersantap kuliner, nikmati udara segar hembusan angin sepoi sepoi hamparan sawah di gubuk gubuk bambu beratapkan rumput Ilalang. Bila malam suasana Taman Palem Resto memberikan sensasi keindahan yang sangat menarik, lampu-lampu kecil yang memenuhi atap atap gubuk dan sekat sekat bambu. Menghadirkan suasana makan malam yang romantic di tiup semilir angin malam di hamparan sawah. Menu nasi goreng dan bakmi goreng Taman Palem Resto sangat nikmat bila disantap pada malam hari, menu menu kelas bintang lima harga mahasiswa hanya di Taman Palem Resto.
Bagi anda yang penasaran dengan menu menu spesial dan suasana yang berbeda di Taman Palem Resto, langsung saja berkunjung ke Alamat di bawah ini. Selamat mencoba !

TAMAN PALEM RESTO

Jl. Kabupaten Km. 1.5 Jambon – Utara Swalayan Giant (Jl. Godean)

( dari Jl. Godean ke Utara 700 m tepatnya di Desa Biru )

Sumber     : taman-palem
Lihat juga :  laguna, sushi tei, tamani

Pizza Tipis dan Garing Seperti Keripik

Pizza seperti keripik. Mungkin kalimat tersebut tepat untuk menggambarkan menu pizza yang ada di Fashion Pasta, Jalan Jalan Dago Jalan Pakar Timur No 2 Bandung. Pizzanya tipis, dan kriuk-kriuk di mulut.

Pemilik Fashion Pasta, Deni Trisnanto (39) punya 9 jenis pizza di restorannya. Di antaranya Pizza Margherita, Dough Pizza, dan Pizza Salame Picante. Salah satu menu andalannya yakni Pizza Salame Piccante. “Selain pasta, kita juga jual pizza, kulitnya tipis,” ujarnya.

Tak seperti pizza pada umumnya yang dijual di pasaran, menurut Deni, kulit pizza yang digunakan berbeda dengan yang lain, karena asli home made Fashion Pasta. “Kulitnya kita bikin sendiri di sini, kalau tidak home made, kita tidak akan punya ciri khas,” ungkapnya.

Saking tipis dan garingnya pizza, cara makannya pun berbeda dari pizza biasa. Pizza utuh yang sudah dipotong kemudian kita ambli satu slice dengan cara disobek, kemudian ujung luarnya kita lipat dan haap! Masuk ke dalam mulut.

“Kenapa harus dilipat, karena biar toping yang ada di atasnya tidak berjatuhan saat dimakan,” jelas Deni.

Pizza Salame Piccante adalah pizza yang di dalamnya berisi saus tomat Italy, keju mozzarella, beef salami, cabai, dan basil. Dalam setiap menu yang ada saus tomatnya, Deni mengaku selalu memakai campuran tomat yang dikirim langsung dari Italy.

“Kita pakai tomat yang dari Italy, dicampur dengan tomat local. Karena kalau tidak, warna saus tidak akan benar-benar merah. Tomat di Indonesia kan warnanya merah pudar, dan kadang ada warna hijaunya juga. Selain itu kadar air tomat Italy lebih sedikit disbanding tomat kita,” terangnya.

Deni juga menanam beberapa tumbuhan di antaranya seperti Basil, rosemary, dan precemollo, di bagian atas bangunan Fashion Pasta. “Kita beli bibit di Italy. Kita sewa tukang kebun untuk mengurusnya, dan kita tanam di atas, Karena basic Italian Food itu earth, banyak mengambil bahan-bahan alami,” kata Deni sambil menunjuk bagian atas bangunan Fashion Pasta.

Tidak hanya tomat yang didatangkan langsung dari Italy. Tapi Deni sengaja membawa orang Italy ke Bandung sebagai Marketing Manajer Fashion Pasta. “Namanya Andrea, dia biasanya yang keliling ke pengunjung, bertanya bagaimana rasanya, ngobrol dengan pengunjung, biar ada kedekatan antar pengunjung dengan kita,” ceritanya.

Konsep Fashion Pasta sendiri tidak mengusung konsep fusion. Deni ingin kembali ke asal dimana makanan jenis pasta diolah secara tradisional dan original. “Di Italy sekarang tidak mau makanan fusion. Mereka kembali ke asal,” ungkapnya.

Sumber : detikbandung
Lihat juga : pizza hut, sandwich, burger